Sejarah mencatat bahwa manusia yang tinggal di kawasan sungai besar pada masa Mesir Kuno, Mesopotamia, India Kuno dan China Kuno menjadi pelopor bagi lahirnya peradaban tua berupa ilmu pengetahuan, teknologi pertanian, dan lain-lain (Supriatna, 2016, hlm. 107). Pada saat itu alam dianggap sebagai bagian dari kehidupan manusia. Namun, relasi antara manusia dengan alam perlahan menghilang ketika manusia mulai merasakan kemajuan peradaban. Kemajuan ilmu fisika modern turut serta memberikan pengaruh mendalam pada hampir semua aspek kehidupan manusia. Fritjof Chapra melalui karya The Tao of Physics (1975, hlm. 17) menjelaskan:
Modern physics has had a profound influence on almost all aspects of human society. It has become the basis of natural science, and the combination of natural and technical science hasfundamentally changed the conditions of life on our earth, both in beneficial and detrimental ways. Today, there is hardly an industry that does not make use of the results of atomic physics, and the influence these have had on the political structure of the world through their application to atomic weaponry is well known … the influence of modern physics goes beyond technology. It extends to the realm of thought and culture where it has led to a deep revision in man’s conception of the universe and his relation to it.
Chapra mengeksplorasi cukup dalam mengenai kemajuan ilmu fisika modern, membuat manusia seakan kehilangan realitasnya yang merelasi dengan alam. Hal tersebut disebabkan oleh kehendak manusia dalam menciptakan pola industrial untuk menunjang kebutuhan hidup masyarakat modern. Sisi lain dari kemajuan teknologi bersandar dari perkembangan ilmu fisika modern adalah tidak memperdulikan keadaan lingkungan hidup, karena sifat dasar kapitalisme yang tamak.
Kemudian, dalam pandangan ilmu ekonomi, menurut Philip Sadler dan Robert Chernomas (dalam Raharjo, 2017) keadaan yang seperti ini akan menimbulkan post-scarsity economy, yaitu kondisi di mana barang-barang dapat diproduksi dengan mudah dan melimpah tanpa memerlukan tenaga kerja manusia sehingga harga barang menjadi sangat murah bahkan gratis. Hal ini berawal dari automasi pekerjaan menggunakan robot tanpa campur tangan manusia dan kehadiran self-replicating machines, yaitu robot yang mampu memperbaiki dan memproduksi robot lain dengan memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa bantuan manusia. Dampak terburuk dari hal tersebut adalah terhapusnya sistem pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh manusia, suatu saat nanti setiap pekerjaan akan beralih menggunakan tenaga robot. Hal ini diperkuat pula oleh pendapat Stephen Hawking (Raharjo, 2017):
Continue ReadingThe automation of factories has already decimated jobs in traditional manufacturing, and the rise of artificial intelligence is likely to extend this job destruction deep into the middle classes, with only the most caring, creative or supervisory roles remaining.